Menyulam Harapan di Tanah Galung Lombok

Di bawah langit yang mendung, Desa Galung Lombok menjadi saksi pertemuan antara rakyat dan wakilnya. Rabu, 12 Februari 2025, Hj. Jumiati A. Mahmud, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Barat dari Fraksi PKB, hadir di tengah konstituennya, menyerap aspirasi dan mendengar keluh kesah mereka dalam sebuah reses yang penuh makna.

Warga datang dengan harapan yang menggantung di ujung kata. Mereka bukan sekadar menyampaikan suara, tetapi juga menitipkan mimpi-mimpi yang telah lama menanti uluran tangan kebijakan. Ronny, seorang warga Galung Lombok, menyuarakan kegelisahan tentang ancaman abrasi yang terus mengikis pemukiman mereka. “Kami butuh tanggul. Setiap musim hujan, ketakutan itu semakin nyata,” ungkapnya, seakan menatap masa depan yang rapuh di hadapan ombak yang terus merayap.

Baca Juga  Jajaran Polsek Malunda Berhasil Amankan Dua Terduga Pelaku Pengeroyokan Warga Desa Bambangan

Di sudut lain pertemuan, sekelompok perempuan berkumpul, membawa semangat ketahanan pangan yang ingin mereka wujudkan. Mereka adalah anggota Kelompok Wanita Tani (KWT), yang berharap adanya bantuan program untuk menjaga keberlanjutan pangan desa. Sementara itu, kelompok usaha bersama (Kube) menyuarakan keinginan agar ekonomi rumah tangga semakin hidup melalui program bantuan usaha produktif bagi ibu-ibu di desa.

Baca Juga  Jejak Kebersamaan di Desa Ba’ba Tapua: Kisah Mahasiswa KKN IAI DDI Polman

Jumiati, yang kini mengemban amanah sebagai anggota Komisi 2 DPRD Sulbar dengan tanggung jawab di bidang pertanian, mendengar dengan saksama. Matanya menyoroti satu per satu suara yang muncul, seakan merekam dalam ingatan untuk dibawa ke meja kebijakan. “Saya akan memfasilitasi masyarakat dalam menyusun proposal ke pemerintah provinsi. Semua aspirasi ini akan saya kawal,” janjinya, menguatkan harapan yang mulai tumbuh di hati para warga.

Baca Juga  Kembali, Pameran Batu Ngalo di Matos, Pj Bahtiar Sarankan Pameran Tampil Setiap Event di Sulbar.

Di akhir pertemuan, angin siang berembus membawa semangat baru. Di tanah Galung Lombok, harapan tak hanya menjadi suara yang berlalu, tetapi sedang dirajut menjadi kenyataan—perlahan, namun pasti.(jab)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *