Polewali Mandar – Awan mendung menggantung di atas Desa Sabang Subik pagi itu, tapi semangat warga tetap terang benderang. Puluhan orang, mulai dari aparat desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD), hingga masyarakat umum, berkumpul dengan cangkul, sekop, dan sapu lidi di tangan mereka. Dalam kebersamaan, mereka turun ke jalan, membersihkan saluran drainase yang selama ini terabaikan. Jum’at 13/12/24.
“Kita sudah masuk musim hujan. Kalau tidak dibersihkan, bisa-bisa air meluap dan menyebabkan banjir,” ujar Haidir Djalil, Kepala Desa Sabang Subik, dengan sorot mata yang tegas namun penuh kepedulian. Haidir, yang memimpin langsung aksi Jumat Bersih ini, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah langkah preventif untuk melindungi desa dari bencana alam yang kerap datang tanpa aba-aba.
Saluran drainase yang dipenuhi sampah plastik dan dedaunan kering menjadi perhatian utama. Dengan bahu membahu, masyarakat menyingkirkan hambatan yang mengancam aliran air. Aroma tanah basah bercampur keringat manusia menjadi saksi bisu bahwa semangat gotong royong masih hidup di desa kecil ini.
“Kegiatan ini bukan hanya soal membersihkan drainase, tapi juga memperkuat silaturahmi dan kekompakan warga,” tambah Haidir. Menurutnya, gotong royong adalah nilai luhur yang harus terus dirawat di tengah perubahan zaman.
Di sela-sela aktivitas, senyum dan canda tawa terselip di antara warga. Meskipun lelah, mereka merasa bangga bisa bersama-sama menjaga lingkungan. Ketika matahari mulai menyelinap di balik awan, saluran drainase tampak bersih, air mengalir tanpa hambatan. Aksi Jumat Bersih ini bukan hanya menjadi bukti nyata dari kepedulian lingkungan, tetapi juga menjadi simbol kekuatan solidaritas warga Desa Sabang Subik.
Di musim hujan yang penuh tantangan ini, gotong royong menjadi tameng terbaik untuk menghadapi ancaman banjir. Sebuah pelajaran berharga bahwa kerja bersama tak hanya mengatasi masalah, tetapi juga merawat jiwa kebersamaan yang kini semakin langka(jab)